waptext

agama dan teknologi.teknologi komputer

Posted by udon 0 komentar

1.Pengertian Thaharah.
Menurut bahasa, Thaharah artinya suci atau bersih. Sedangkan menurut istilah syariat, thaharah adalah suci dari hadast ( Keadaan suci setelah berwudhu, tayamum atau mandi wajib, dan untuk kesuciannya butuh niat)dan dari najist(Keadaan suci setelah membersihkan najis yang ada di badan, pakaian dan tempat, untuk kesuciannya tidak butuh niat.
2.Thaharah terbagi menjadi 2 macam :
1. Thaharah haqiqiyyah , yaitu bersuci dari najis yang terdapat pada badan, pakaian mupun tempat.
2. Thaharah hukmiyyah , yaitu bersuci dari hadats, seperti keluar mani, kentut dsb. yang terbagi lagi menjadi 3 macam ;Thaharah Kubro, yaitu mandi wajib. Thaharah Sughro, yaitu wudhu, dan Thaharah pengganti dari keduanya jika tidak ada air, yaitu Tayamum.

1. Thaharah Haqiqiyyah. (bersuci dari najis)

Pengertian najis adalah sesuatu yang secara syari'at diwajibkan bagi setiap muslim menghindar/menjauhinya dan membersihkannya bila sesuatu tersebut menimpanya.
Najis itu ada 12 macam
1. Tahi manusia
Berdasarkan sabda nabi Muhammad Sollallohu'alaihi wasallam :
اذا وطئ احدكم بنعليه الاذى، فان التراب له طهور
"Jika sendal salah seorang diantara kalian menginjak kotoran, maka tanah/debu sebagai menyuci baginya." Hadits sahih riwayat Abu Dawud : 385.

2. Air kencing manusia
Berdasarkan hadits nabi :
أن أعربياً بال فى المسجد فقام إلية بعض القوم , فقال النبي صلي الله علية وسلم (دعوه لا تزرموه) فلما فرغ دعا بدلو من ماء فصبة علية

Dari hadits Anas bin Malik radhiyallohu'anhu, bahwasannya seorang arab badui datang ke masjid kemudian kencing didalamnya, maka berdirilah para sahabat hendak menghentikannya, namun Rosululloh sollallohu'alaihi wasallam bersabda : "Biarkanlah dia dan jangan mengganggunya " , hingga setelah selesai sang badui menunaikan hajatnya maka Rosululloh meminta air kemudian di siramkan ke bekas kencing tersebut. HR Bukhari (6025) Muslim (284).

3. Madzi,
adalah air bening lekat-lekat yang keluar dari kemaluan ketika syahwat, keluar dengan tidak memancar dan tidak menyebabkan badan menjadi lemas setelahnya, terkadang keluar tanpa disadari. ini terjadi baik pada pria maupun wanita. ^_^
Madzi adalah najis berdasarkan Sabda Rosululloh sollalohu'alaihi wasallam kepada sahabat yang bertanya mengenai madzi :
"قال النبي صلي الله علية لمن سألة عن المذي " يغسل ذكرة ويتوضي
Nabi bersabda : "Hendaknya ia mencuci dzakarnya kemudian berwudhu" HR Bukhari (269) Muslim (303).

4. Wadi,
adapun wadi adalah air bening pekat yang biasa keluar setelah buang air kecil, dan ini juga najis menurut kesepakatan ulama,
عن بن عباس قال " المني والودي والمذي ، اما المني فهو الذي منة الغسل وأما الودي والمذي فقال أغسل ذكرك أو مذاكيرك وتوضئ وضوءك للصلاة "
;Dari sahabat Ibn 'Abbas radhiyallohu'anhu berkata " Mani, wadi, dan madzi. Adapun mani maka mewajibkannya mandi, adapun wadi dan madzi maka ia ( Rasulullah ) berkata cucilah dzakarmu kemudian berwudhulah sebagaimana wudhumu ketika hendak sholat." HR Baihaqi dan disahihkan Al Albani dalam kitab sahih sunan abu dawud (190).

5. Darah Haidh.
Darah menstruasi adalah najis berdasarkan hadits Asma' :
قالت جاءت أمرأة إلي النبي صلي الله علية وسلم فقالت إحدانا يصيب ثوبها دم الحبيض كيف تصنع ؟ فقال " تحتة ثم تقرصة بالماء ثم تنضحة ثم تصلي فية"
;Seorang sahabiah datang kepada Rasulullah sollallohu'alaihi wasallam bertanya " Pakaian salah seorang dari kami terkena darah haidh, maka apa yang harus ia perbuat ?, Rasulullah menjawab : "Hendaknya ia mengeriknya kemudian mencucinya dengan air, kemudian (tidak apa-apa) ia shalat dengannya". HR Bukhari (227) Muslim (291).
Dari hadits diatas dapat kita ketahui bagaimana cara membersihkan pakaian dari darah haidh.

6. Kotoran binatang yang tidak dimakan dagingnya.
Berdasarkan hadits :
عن عبدالله بن مسعود قال أراد النبي صلي الله علية وسلم أن يتبرز فقال " ائتني بثلاثة أحجار " فوجد له حجرين وروثة (حمار) فأمسك الحجرين وطرح الروثة وقال هي رجس"
;Dari sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallohu'anh berkata : Nabi sollallohu'alaihi wasallam hendak buang hajat, kemudian memerintahkanku " Datangkan kepadaku 3 buah batu" maka aku hanya mendapati 2 batu dan routsah (kotoran himar), maka beliau mengambil batunya dan membuang routsah sembari berkata " Dia itu rijs (najis)". HR Bukhari (156)

7. Air liur anjing.
Air liur anjing adalah najis, berdasarkan Sabda Nabi sollallohu'alaihi wasallam :
طهور إناء أحدكم إذا ولغ فية الكلب أن يغسلة سبع مرات أولاهن بالتراب
"Sucinya tempat air kalian jika dijilat anjing adalah dengan mencucinya tujuh kali, dan yang paling pertama dengan menggunakan debu (tanah)". HR Muslim (279)

8. Daging Babi .
Daging babi selain haram juga najis, berdasarkan firman Alloh dalam Al Qur'an :
قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
;"Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu rijs (najis) atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
QS Al An'am : 145.

9. Bangkai.
yaitu hewan yang mati dengan sendirinya tanpa disembelih dengan alat secara syar'i. Maka ia najis dengan kesepakatan ulama berdasarkan hadits :
إذا دبغ الإهاب فقد طهر
;"Jika kulit (bangkai) telah disamak maka ia telah suci" HR Muslim (366)

Kecuali 3 bangkai berikut maka tidak najis :
1. Ikan dan belalang. Karena Rosululloh sollallohu'alaihi wasallam telah bersabda:
أحلت لنا ميتتان ودمان : أما الميتتان فالسمك , والجراد , وأما الدمان , فالكبد والطحال
;"Telah dihalalkan kepada kami dua bangkai dan dua darah, adapun dua bangkai yaitu bangkai ikan dan belalang, dan dua darah yaitu hati dan limpa " Hadits sahih riwayat Ibnu Majah (3218,3314)
2. Bangkai binatang yang tidak memiliki darah yang mengalir di tubuhnya.
إذا وقع الذباب في شراب أحدكم فليغمسه ثم لينتزعه فإن في إحدى جناحية داء وفي الأخرى شفاء
"Jika minuman salah seorang diantara kalian dihinggapi lalat maka hendaknya ia celupkan lalat itu kedalam minumannya kemudian menbuangnya, karena sesungguhnya pada salah satu sisi sayapnya (lalat) itu mengandung penyakit dan pada sisi yang lain terdapat penawarnya." HR Bukhari (3320)
3. Tulang, tanduk, kuku, dan bulu bangkai. maka tidaklah najis, berdasarkan riwayat dari Imam Bukhari dari Imam Az Zuhri secara mu'allaq namun dengan sighat Jazm sehingga haditsnya menjadi sahih :
قال الزهري – في عظام الميتة نحو الفيل وغيره – أدركت ناساً من سلف العلماء يمتشطون بها ويدهنون فيها ، لا يرون به بأسً"
"Berkata Imam Az Zuhri : "Aku mendapati ulama salaf bersisir dan berminyak dengannya. mereka tidak mempermasalahkannya"

10. Apa-apa yang terpotong dari anggota badan hewan sedangkan ia masih hidup. Sebagaimana sabda Rosulullah sollallohu'alaihi wasallam
ماقطع من البهيمة وهي حية فهو ميتة
"Apa-apa yang terpotong dari binatang ternak sedang ia masih hidup maka itu adalah bangkai" HR Tirmidzi (1480), Abu Dawud (2858), Ibn Majah (3216)

11. Air liur binatang buas atau binatang yg dagingnya haram dimakan.
Ketika Rasulullah ditanya mengenai air yang berada di tempat terbuka, dan air bekas minum binatang buas, beliau bersabda :
إذا كان الماء قلتين لم يحمل الخبث
;"Jika air tersebut lebih 2 qullah maka tidang mengandung najis" Hadits Sahih Abu Dawud (63).
Kecuali Kucing, maka bekas minumnya suci, berdasarkan sabda Rasulullah sollallohu'alaihi wasallam mengenai kucing :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم في الهرة: "إنها ليست بنجس إنها من الطوافين عليكم والطوافات"
;"Sesungguhnya dia tidaklah najis,dan sesungguhnya dia adalah termasuk binatang yang biasa berkeliaran diantara kalian." Sahih HR Imam Ahmad (5/303

12. Daging hewan yang tidak dapat dimakan (haram).
;أن اللّه تعالى ورسوله ينهاكم عن لحوم الحمر الأهلية، فإنها رجس
1. ;"Sesungguhnya Alloh dan RasulNya melarang kalian dari daging himar (keledai) yang jinak, karena sesungguhnya dia itu najis" HR Muslim (1940).

Pengertian Istinja.
yaitu membersihkan kubul (kemaluan depan) atau dubur (kemaluan belakang) setelah buang air kecil atau buang air besar. Istinja ini hukumnya wajib.
Media yang dapat digunakan untuk beristinja adalah:
- Air
- Batu (3 buah batu / 1 batu yang mempunyai 3 sisi)
- Benda-benda keras, kesat, suci dan tidak dimuliakan (kayu, tisu, dll).

Benda-benda yang permukaannya licin (kaca, batu licin) tidak sah digunakan untuk beristinja. karena tidak dapat menghilangkan Najis. Begitu juga benda - benda yang dihormati, misalnya makanan / minuman (karena termasuk perbuatan tabzir (mubazir) dan tabzir dilarang oleh agama.


Syarat beristinja selain menggunakan media air (batu, kayu, tisu, dll) adalah:
- Kotoran belum kering.
- Kotoran itu tidak mengenai bagian lain selain tempat keluarnya.
- Tidak kedatangan Najis lain selain dari padanya.

Jiika salah satu syarat tadi tidak terpenuhi, maka tidak sah beristinja dengan batu atau dll seperti yang di jelaskan diatas.

A. JUNUB
Mandi besar, mandi junub atau mandi wajib adalah mandi dengan menggunakan air suci dan bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadas besar yang harus dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat.
B. Sebab/Alasan Seseorang Harus Mandi Wajib/Mandi Besar/Mandi Junub :
1. Mengeluarkan air mani baik disengaja maupun tidak sengaja
2. Melakukan hubungan seks / hubungan intim / bersetubuh
3. Selesai haid / menstruasi
4. Melahirkan (wiladah) dan pasca melahirkan (nifas)
5. Meninggal dunia yang bukan mati syahid
Bagi mereka yang masuk dalam kategori di atas maka mereka berarti telah mendapat hadas besar dengan najis yang harus dibersihkan. Jika tidak segera disucikan dengan mandi wajib maka banyak ibadah orang tersebut yang tidak akan diterima Allah SWT.
C. Tata Cara Mandi Junub (Janabat)
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan selama mandi karena wajib untuk dilakukan :
1. Membaca niat : "Nawaitul ghusla lirof'il hadatsil akbari fardlol lillaahi ta'aalaa" yang artinya "AKu niat mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar fardlu karena Allah".
2. Membilas/membasuh seluluh badan dengan air (air mutlak yang mensucikan) dari ujung kaki ke ujung rambut secara merata.
3. Hilangkan najisnya bila ada.
D. Sunah Mandi Junub
Berikut ini adalah hal-hal yang boleh-boleh saja dilakukan (tidak wajib hukum islamnya) :
1. Sebelum mandi membaca basmalah.
2. Membersihkan najis terebih dahulu.
3. Membasuh badan sebanyak tiga kali
4. Melakukan wudhu/wudlu sebelum mendi wajib
5. Mandi menghadap kiblat
6. Mendahulukan badan sebelah kanan daripada yang sebelah kiri
7. Membaca do'a setelah wudhu/wudlu
8. Dilakukan sekaligus selesai saat itu juga (muamalah)
Tambahan :
Orang yang sedang hadas besar tidak boleh melakukan shalat, membaca al'quran, thawaf, berdiam di masjid, dan lain-lain.

Pengertian Hadast :
Hadast dari segi bahasa berarti sesuatu yang datang atau berlaku.sedangkan hadast dari segi syar’i bermaksud sesuatu yang berlaku pada tubuh badan yang menyebabkan tidak sah sesuatu ibadah, ia terbagi kepada hadast kecil dan hadast besar.
 Hadast kecil ialah sesuatu perkara yang membatalkan WUDHU.
 Hadast besar ialah sesuatu perkara yang mewajibkan mandi.

sebab hadast :
a. Sebab hadast kecil adalah sebab yang membatalkan wudhu’. Maka kesan daripada ber hadast kecil adalah terbatalnya wudhu’ dan diharamkan untuk melakukan perkara-perkara berikut:
1. Menunaikan sembahyang sama ada fardhu atau sunat dan amalan lain yang seumpamanya seperti sujud tilawah, sujud syukur, khutbah Jumaat dan solat jenazah.
2. Tawaf Ka‘bah, sama ada fardhu ataupun sunat kerana dihukum sebagai sembahyang.
3. Memegang dan menyentuh kesemua bahagian Al-Qur’an atau sebahagiannya sahaja walaupun sepotong ayat.
b. Sebab hadast besar pula adalah berjunub, keluar haidh atau nifas dan melahirkan anak, apabila seseorang ber hadast besar kerana berjunub, maka dia diharamkan untuk melakukan perkara-perkara berikut:
1. Menunaikan sembahyang sama ada fardhu atau sunat dan amalan lain yang seumpamanya seperti sujud tilawah, sujud syukur, khutbah Jumaat dan solat jenazah.
2. Tawaf Ka‘bah, sama ada fardhu ataupun sunat kerana dihukum sebagai sembahyang.
3. Memegang dan menyentuh kesemua bahagian Al-Qur’an atau sebahagiannya sahaja walaupun sepotong ayat.
4. Membaca Al-Qur’an dengan niat membacanya kecuali dengan niat zikir, berdoa, memuji Allah dan memulakan sesuatu ataupun dengan tujuan mengajar.
5. Beri‘tikaf di dalam masjid.
CARA MENGHILANGKAN HADAST
• Untuk menghilangkan hadast kecil ialah dengan berwudhu’ atau tayammum apabila tidak dapat melakukan wudhu’.
• Untuk menghilangkan hadast besar ialah dengan mandi atau bertayammum sebagai ganti daripada mandi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal buang air.
1. Jangan di tempat yang dapat mengganggu orang lain, umpamanya : di tempat orang yang lalu lintas, dibawah pohon yang berubah, di tempat angina yang meniup kearah orang dan lain sebagainya.
2. Jangan berkata-kata kecuali apa benar-benar terpaksa.
3. Jangan di tempat orang yang terbuka (hendaklah berdinding)
4. Apabila masuk ketempat yang khusus untuk itu, hendaklah mendahulukan kaki yang kiri sambil berdo’a :
اللهّم إنّى أعوذبك من الحبث و الخبائث
“ Ya Allah ! aku berlindung kepada engkau. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakit dari diriku dan menyehatkan.”
5. Apabila keluar dari tempat itu, hendaklah mendahulukan kaki yang kanan sambil
berdo’a :
غفرانك . الحمد لله الّذي أذهب عنّى الأذى وعافانى
“ Aku mengharap ampun engkau. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakit dari diriku dan menyehatkan.”
6. Apabila terpaksa pada tempat yang terbuka (tidak berdinding) dan tidak pada tempat yang khusus buat buang air, maka tidak boleh menghadap atau membelakangi kiblat










DASAR HUKUM THOHARA
2. Dasar hukum
• Menurut Al-qur’an :
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : إنّ الله يحبّ التّوّابين و يحبّ المتطهّرين
(البقرة : ).
“artinya : aku berlindung kepada Allah dari segala godaan setan yang terkutuk :Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.(al-baqarah:222).”
• Menurut hadist :
لا تقبل صلاة بغير طهور ( رواه مسلم )
“artinya : shalat tidak diterima tanpa di dahului dengan bersuci ( H.R.muslim )

2. Hadits Secara Ishtilahi (definisi)
Hadits (الحديث) adalah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama (4) serta sifat dari rasulullah lahiriyah maupun bathiniyah (5)
Hadits-hadits Nabi s.a.w. itu dinamakan dengan “Al Hadits” ialah karena ada persesuaian dengan arti dari segi bahasanya yang memberi makna “baharu” lawan kepada “Al Qadim”. Seolah-olahnya apa yang disandarkan kepada Nabi s.a.w. yang dikenali dengan Al Hadits itu adalah sesuatu yang lain daripada Al Quran yang qadim – demikian kata Syeikhul Islam Hafidz Ibnu Hajar.
Sementara Allamah Syabir Ahmad Utsmani berpendapat bahwa hadits- hadits Rasulullah s.a.w. itu sebenarnya merupakan pernyataan Nabi s.a.w. akan nikmat Allah s.w.t. yang paling besar yaitu Islam seperti yang terdapat dalam firman Allah s.w.t. bermaksud : “Pada hari ini aku sempurnakan untuk kamu agamamu, aku lengkapkan kepadamu nikmatku dan aku redhai Islam sebagai agama untukmu”. (Surah Al Maaidah : 3)

Hadits menurut sandarannya terbagi menjadi dua, yaitu maqbul (diterima) dan mardud (ditolak). Dan berdasarkan pembagian ini terbagi lagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Hadits Qudsi
2. Hadits Marfu’
3. Hadits Mauquf
4. Hadits Maqthu’
HADITS QUDSI
Definisi
Qusi menurut bahasa dinisbatkan pada “Qudus” yang artinya suci.Yaitu sebuah penisbatan yang menunjukkan adanya pengagungan dan pemuliaan, atau penyandaran kepada Dzat Allah Yang Maha Suci.
Sedangkan Hadits Qudsi menurut istilah adalah apa yang disandarkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dari perkataan-perkataan beliau kepada Allah ta’ala.
Bentuk-Bentuk Periwayatan
Ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi :
Pertama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”.
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzar radliyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah berfirman : ”Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling menganiaya di antara kalian”.
Kedua, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Allah berfirman….”.
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Allah ta’ala berfirman : Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama-Nya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku niscaya Aku mengingatnya”.

HADITS MARFU’
Definisi
Al-Marfu’ menurut bahasa merupakan isim maf’ul dari kata rafa’a (mengangkat), dan ia sendiri berarti “yang diangkat”. Dinamakan marfu’ karena disandarkannya ia kepada yang memiliki kedudukan tinggi, yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Hadits Marfu’ menurut istilah adalah “sabda, atau perbuatan, atau taqrir (penetapan), atau sifat yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, baik yang bersifat jelas ataupun secara hukum (disebut marfu’ = marfu’ hukman), baik yang menyandarkannya itu shahabat atau bukan, baik sanadnya muttashil (bersambung) atau munqathi’ (terputus).

HADITS MAUQUF
Definisi
Al-Mauquf berasal dari kata waqf yang berarti berhenti. Seakan-akan perawi menghentikan sebuah hadits pada shahabat.
Hadits Mauquf menurut istilah adalah “perkataan, atau perbuatan, atau taqrir yang disandarkan kepada seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, baik yangbersambung sanadnya kepada Nabi ataupun tidak bersambung.
HADITS MAQTHU’
Definisi
Al-Maqthu’ artinya yang diputuskan atau yang terputus. Hadits Maqthu’ menurut istilah adalah : “perkataan dan perbuatan yang disandarkan kepada tabi’I atau orang yang di bawahnya, baik bersambung sanadnya atau tidak bersambung.
Perbedaan antara Hadits Maqthu’ dan Munqathi’ adalah bahwasannya Al-Maqthu’ adalah bagian dari sifat matan, sedangkan Al-Munqathi’ bagian dari sifat sanad. Hadits yang Maqthu’ itu merupakan perkataan tabi’I atau orang yang di bawahnya, dan bisa jadi sanadnya bersambung sampai kepadanya. Sedangkan Munqathi’ sanadnya tidak bersambung dan tidak ada kaitannya dengan matan.
Sebagian ulama hadits – seperti Imam Asy-Syafi’I dan Ath-Thabarani – menamakan Al-Maqthu’ dengan Al-Munqathi’ yang tidak bersambung sanadnya. Ini adalah istilah yang tidak populer. Hal tersebut terjadi sebelum adanya penetapan istilah-istilah dalam ilmu hadits, kemudian menjadi istilah Al-Maqthu’ sebagai pembeda untuk istilah Al-Munqathi’.
Hikmah thaharo
Thaharah termasuk tuntunan fitrah. Fitrah manusia cenderung kepada kebersihan dan membenci kotoran serta hal-hal yang menjijikkan.
Memelihara kehormatan dan harga diri. Karena manusia suka berhimpun dan duduk bersama. Islam sangat menginginkan, agar orang muslim menjadi manusa terhormat dan punya harga diri di tengah kawan-kawannya
Memelihara kesehatan. Kebersihan merupakan jalan utama yang memelihara manusia dari berbagai penyakit, karena penyakit lebih sering tersebar disebabkan oleh kotoran. Dan membersihkan tubuh, membasuh wajah, kedua tangan, hidung dan keudua kaki sebagai anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan kotoran akan membuat tubuh terpelihara dari berbagai penyakit
Beribadah kepada Allah dalam keadaan suci. Allah menyukai orang-orang yang gemar bertaubat dan orang-orang yang bersuci.

Categories:

0 Responses

Posting Komentar

Subscribe to My Blog

Subscribe Here